Selamat Ulang Tahun Ke-33 Istriku Tersayang

Selamat Ulang Tahun Ke-33 Istriku Tersayang ....

Ketika saya dulu membayangkan akan menikah, maka bayangan saya adalah seorang wanita yang usianya harus di atas saya beberapa tahun. Seorang istri adalah pengayom suaminya. Jika istri saya lebih muda, maka saya harus memulai kehidupan pernikahan dengan checklist mendidiknya terlebih dahulu. Nah, jika usianya di atas saya, maka harapannya adalah saya yang akan belajar segala sesuatu tentang kedewasaan darinya. Itulah yang terjadi. Pick and Go... No more training do you require... :)

Saya mengenal Ela Nurlaela, karena ... takdir semata. Dimulai dari chating dengan seorang teman MyQuran.org bandung, Aditya Agustyana, akhirnya Ela menyapa saya karena temannya butuh bantuan tentang Java (duuh, jalan Java nih yang membuat saya bisa berkelana kemana-mana ...) Setahun kami ... dan akhirnya berhenti di tanggal 18 Ramadhan.

Saat itu siang hari, Ela broadcast via YM. Saat itu indera saya sedang sangat peka : hati saya seakan-akan tegang akan sesuatu yang akan terjadi. Membaca pesannya, saya langsung teringat : "Ini kan Teh Matahari yang dulu itu?. Inilah jodohku..."

Dan dimulailah 3 hari yang sangat menegangkan :

1. 18 Ramadhan : saya menyatakan keseriusan saya dengannya, meski ia mengatakan usianya lebih tua, namun saya katakan : Justru itu yang saya inginkan. Saya mengharapkan istri yang mengayomi saya...
2. 19 Ramadhan : kami berbicara panjang mengenai perbedaan. Saya aktif di Jama'ah Tabligh, sedangkan istri saya cenderung aktif di Ikhwanul Muslimin (Ela katakan, bahwa aqidahnya adalah aqidah Salaf). Dan, hm hm hm, kalau Anda bercakap-cakap tentang topik perbedaan ummat, maka Anda harus siap-siap sakit hati dan menahan perasaan. Dan itulah yang terjadi. Ela bertanya tentang sorban saya. Dan saya sampaikan (agak sedikit strategi sebenarnya), iya tak akan saya pakai lagi. Akhirnya kami sepakat untuk tidak membicarakan masalah ini.Kemudian saya tanya : Apa maharmu? Dijawab : Tafsir Al-Misbah. Saya jawab : baik, akan saya carikan. Dan selepas pulang kantor saya, saya jalan-jalan ke Gramedia untuk mencarinya
   
3. 20 Ramadhan : saya sampaikan saya ingin menikah syawal. Ela kaget dan bertanya : apa tidak terlalu cepaT?. Saya jawab : tidak, saya ingin menikah cepat (ternyata memang Syawal adalah hari yang disunnahkan untuk melangsungkan pernikahan, sebagaimana Sayyidatina 'Aiysah menikah dengan Rasulullah SAW di bulan Syawal). Ela pun setuju, meski saat itu saya pun belum lulus S1. Dan kami sepakat menikah setelah Hari Raya Idul Fitri...

Hari-hari selanjutnya adalah hari yang sudah mengendur ketegangannya, karena yang masing-masing kami lakukan hanyalah berusaha memahamkan keluarga dan orang tua, bahwa kami harus segera menikah. Orang tua saya sampai marah-marah (tapi sebenarnya senang), namun akhirnya ikhlas. Sedangkan orang tua Ela (matur nuhun ya Pak Abdul Choeri) senang luar biasa...

Akhirnya, saya berangkat berdua saja dengan teman dari Masjid Al-Ittihaad, Mas Sa'ad (Andi Darsyah) dengan kereta ekonomi pemudik yang berangkat Jam 9 malam dari Stasiun Lempuyangan hari Jum'at Malam. Kami tak dapat tempat duduk, dan berdiri berganti-gantian di depan Toilet untuk sekedar duduk di tangga kereta, sembari berdesak-desakan dengan pemudik-pemudik lainnya. Saya membawa Satu Kardus yang berisi 15 Volume Al-Misbah. Jazaakallah Mas Sa'ad yang sedang merintis Pondok Dakwah di ... NTB (???)

Kami sampai Hari Sabtu siang di Stasiun Kircon, dan segera berangkat ke Subang. Nah, sampailah kami di rumah Ela sekitar Jam 5 sore. Itulah pertama kali saya bertandang ke rumah Ela, ... dan segera melangsungkan pernikahan esok, hari Minggu pagi.. tanggal 5/6 Syawal...

Itulah hari yang merupakan titik balik kehidupan saya.

Semangat yang meledak, dan kedukaan yang sirna, merupakan penanda Hubunganku denganmu, Istriku sayang...

Semoga Allah menambah keberkahanmu, dan keberkahan anak kita.
Semoga di usia mu yang sudah menginjak 33, dirimu benar-benar mampu mengayomiku dan mendampingiku untuk menjadi orang #1 di Indonesia orang yang baik (revisi). ^_^




Penuh Cinta,

Eko Suprapto Wibowo