Saya mau cerita pengalaman khuruj nishob yg bulan Februari nih : Alhamdulillah tepat sebulan dari khuruj sebelumnya. Aaaah. nikmatnya bisa disiplin untuk urusan nishob. Pasti Allah akan mudahkan hidup keduniaanku (dan tentunya akhirat). Insya Allah, amin.
Dari Kitab Fadhilah Sedekah, Bab 6 Zuhud, Qana'ah dan Dorongan Agar Tidak Meminta-minta Kepada Orang Lain, Pasal 3 Bertawakkal Hanya Kepada Allah dan Celaan Untuk Meminta-Minta Kepaa Selain Allah.
Hadits ke-19
Dari Ibnu Umar r.huma berkata, "Aku bersama sepuluh orang (sahabat) , dan aku adalah yang kesepuluhnya telah mendatangi majelis Rasulullah saw. Salah seorang anshar bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah orang yang paling bijak dan paling cerdik di kalangan manusia?" Nabi saw. menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat maut dan orang yang paling banyak membuat persiapan untuk (kehidupan setelah) mati. Merekalah orang-orang yang paling bijak. Mereka memperoleh kemuliaan di dunia dan kedudukan yang paling mulia di akhirat." (Hr. Ibnu Abiddunya, Thabrani, dan Ibnu Majah - at Targhib)
Mungkin ini adalah pasal dalam kitab ini yang paling panjang. Menekankan betapa pentingnya mengingat maut. Kalau mau saya detailkan, isi dari setiap paragraph pada penjelasan hadits ini sangat mengesankan. Terpatri jauh ke dalam hati saya, yaitu betapa pun terlihat indah dan memukaunya dunia ini, ia tetap hanya fatamorgana yang akan terlupa begitu maut sudah diambang mata (masih bisakah Anda berpikir tentang menurunnya interest rate tahun depan untuk KPR yang akan Anda ambil, jika dokter sudah mendiagnosa Anda hanya memiliki sisa usia 3 bulan lagi?)
Banyak pengalaman ruhani maupun keseharian yang semakin menguatkan persepsi betapa tidak berharganya dunia untuk dirisaukan. Cukuplah sekedar memenuhi kebutuhan kehidupan berkeluarga, dan selesai. :) Apalagi yang mau dicari? Tumpukan gunung emas yang ketiga? ^_^
Anda tidak akan pernah tau kapan Anda mati. Betapa tepatnya pernyataan saya ini, yaitu teman saya dulu di Gamatechno, telah wafat, Mas Singgih Adinugroho. Dari Wall beliau (alm), saya dapati beberapa kata2 terakhirnya :
Kalau saya tidak salah hitung, tepat 10 hari kemudian beliau berpulang. Coba amati diri Anda sendiri. Lihat status FB Anda saat ini. Adakah disitu pernyataan Anda akan mati? Bahkan mungkin lebih pendek dari 10 hari sisa usia Anda, dari post terakhir. Dan, itulah kenyataan kematian : datangnya tak bisa diundang, pun tak bisa ditolak. Insya Allah Mas Singgih pun tak akan terpikir saat 10 hari itu, malaikat maut sudah semakin menatap lekat-lekat setiap gerak-geriknya, untuk melakukan satu-satunya tugasnya : mencabut nyawa beliau.
Izraail itu baik. Ia sering kok, mendatangi dengan baik-baik manusia yang akan dicabut nyawanya. Pun, manusia yang dicabut nyawanya tersebut tidak kaget akan kedatangannya. Bahkan telah merasakan kedekatan dengannya, jauh sebelum kematiannya. Justru kedatangan Malaikat Izraail Alaihis Salam benar-benar diharapkan, dan disambut dengan suka cita. Mungkin Anda tidak bisa membayangkan, bagaimana itu bisa terjadi. Atau, apa benar sih, ada orang yang lebih mengharapkan maut ketimbang kehidupan? Ada loh, saya nukilkan kisah-kisah sebagai pelengkap penjelasan Hadits ke-19 ini.
Kisah #1
Seorang sahabat r.a. datang kepada Nabi saw. dan bertanya, "Ya Rasulullah, saya tidak menyukai mati. Bagaimana cara mengobatinya?" Rasulullah saw. balik bertanya, "Apakah engkau memiliki harta?". "Ya," jawabnya. Nabi saw. menyahut, "Kirimkanlah harta itu lebih dahulu (ke akhirat, yakni sedekahkanlah). Karena hati manusia selalu terpaut kepada hartanya. Dengan demikian, jika hartanya dikirim lebih awal, maka ia akan berkeinginan untuk pergi ke sana. Dan apabili harta itu tertinggal di belakang, maka ia ingin selalu bersama-sama dengannya." (It-haaf). --- Indah sekali kan? betapa Nabi Muhammad Saw, tidak menepiskan kenyataan kita ini cinta kepada harta. Beliau saw. menggunakan kenyataan cinta itu, untuk persiapan kita menghadapi maut.
Kisah #2
Ikrimah r.a. berkata, "Pada malam al Bara'ah (15 Sya'ban) semua hukum (keputusan) untuk sepanjang tahun telah diputuskan dan diserahkan pada malaikat, termasuk daftar orang-orang yang akan mati dan orang yang akan pergi haji ke tanah suci. Tidak akan ada pengurangan atau penambahan sedikit pun dari yang telah ditetapkan sepanjang tahun ini" --- Sya'ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Jadi, ... semua penghuni langit sudah tahu saja, siapa yang akan mati antara 15 Sya'ban ini, sampai dengan 15 Sya'ban tahun depan. Not a big secreet tough :p
Kisah #3
Mu'tamar rah.a berkata, "Aku bersama Hakam (seorang yang kaya dan murah hati) ketika ia akan meninggal dunia. Aku pun berdoa kepada Allah agar ia dimudahkan saat kematiannya, karena ia memiliki banyak kebaikan dan sifat-sifat yang terpuji. Aku masih terus berdoa sambil menyebut sifat-sifatnya yang terpuji. Aku masih terus berdoa sambil menyebut sifat-sifatnya yang terpuji, padahal ia dalam keadaan koma. Ketika ia telah pulih dari keadaan itu, ia bertanya, "Siapakah yang telah menyebut sekian ucapan itu?" Aku menjawab, "Akulah yang menyebutnya". Hakam berkata, "Malaikat maut a.s. tadi berkata kepadaku, "Aku senantiasa berlemah lembut terhadap orang-orang yang bermurah hati." Setelah berkata demikian, maka ruhnya tercabut.
Kisah #4
Anak lelaki Imam Ahmad bin Hambal rah.a berkata, "Ketika ayahku hampir wafat, aku duduk disampingnya. Aku menyiapkan kain untuk mengikat rahangnya jika ruhnya keluar. Tiba-tiba, ayahku pingsan, aku mengira ia telah meninggal dunia. Tetapi ia sadar kembali, dan berkata, "Belum lagi, belum lagi." Berkali-kali ia jatuh pingsan. Dan setiap sadar ia akan berkata, "Belum lagi, belum lagi". Pada kali yang ketiga ia berkata demikian, maka aku bertanya, "Apa maksud ucapan ayah itu?" Ia menjawab, "Anakku, kamu tidak melihat syetan terkutuk itu berdiri di sampingku. Dengan sangat marah dan kecewa, syetan berkata sambil mengunya jarinya, "Ahmad, sekarang kamu lolos dariku. Itulah sebabnya aku menjawab, "Belum lagi" (Maksudnya, belum lepas dari tipu daya syetan, sehingga ruh keluar dengan membawa iman).
Kisah #5
Suatu ketika, Abu Hakim Khairi rah.a sedang menulis sesuatu sambil duduk. Tiba-tiba ia berhenti menulis. Ia meletakkan pena dari tangannya, lalu berkata, "Jika ini 'mati' namanya, maka demi Allah, sangat baik kematian ini". Setelah berkata demikian ia pu meninggal dunia.
Kisah #6
Pada pagi hari Senin, Imam Ghazali rah. a. - pengarang kitab Ihya Ulumiddin yang termahsyur - berwudhu dan terus melakukan sholat Shubuh. Setelah itu, ia menyuruh agar kain kafannya dibawa. Kemudian ia mencium kain kafan itu, lalu meletakkannya di atas matanya sambil berkata, "Dengan penuh suka cita aku pergi menghadap Raja Yang Maha Agung." Setelah berkata demikian, ia berbaring menghadap kiblat, lalu meninggal dunia.
Kisah #7
Abu Bakar Raqqi rah.a berkata, bahwa setelah sholat Shubuh, ia berada di sisi Abu Bakar Daqaq rah.a yang ketiak Abu Bakar Daqaq sedang berdoa, "Ya Allah, Sampai kapankah Engkau akan membiarkan aku di dunia ini?" Kemudian sebelum masuk waktu Zuhur, ia meninggal dunia.
Masih teramat banyak....
... kisah-kisah indah tentang kekasih-kekasih Allah yang melalui sakaratul maut dengan begitu mempesona dan bahagianya. Silahkan Anda cermati sendiri dari kitab tersebut jika ada kesempatan.
Semoga bermanfaat!
NB:
Dari Kitab Fadhilah Sedekah, Bab 6 Zuhud, Qana'ah dan Dorongan Agar Tidak Meminta-minta Kepada Orang Lain, Pasal 3 Bertawakkal Hanya Kepada Allah dan Celaan Untuk Meminta-Minta Kepaa Selain Allah.
Hadits ke-19
Dari Ibnu Umar r.huma berkata, "Aku bersama sepuluh orang (sahabat) , dan aku adalah yang kesepuluhnya telah mendatangi majelis Rasulullah saw. Salah seorang anshar bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah orang yang paling bijak dan paling cerdik di kalangan manusia?" Nabi saw. menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat maut dan orang yang paling banyak membuat persiapan untuk (kehidupan setelah) mati. Merekalah orang-orang yang paling bijak. Mereka memperoleh kemuliaan di dunia dan kedudukan yang paling mulia di akhirat." (Hr. Ibnu Abiddunya, Thabrani, dan Ibnu Majah - at Targhib)
Mungkin ini adalah pasal dalam kitab ini yang paling panjang. Menekankan betapa pentingnya mengingat maut. Kalau mau saya detailkan, isi dari setiap paragraph pada penjelasan hadits ini sangat mengesankan. Terpatri jauh ke dalam hati saya, yaitu betapa pun terlihat indah dan memukaunya dunia ini, ia tetap hanya fatamorgana yang akan terlupa begitu maut sudah diambang mata (masih bisakah Anda berpikir tentang menurunnya interest rate tahun depan untuk KPR yang akan Anda ambil, jika dokter sudah mendiagnosa Anda hanya memiliki sisa usia 3 bulan lagi?)
Banyak pengalaman ruhani maupun keseharian yang semakin menguatkan persepsi betapa tidak berharganya dunia untuk dirisaukan. Cukuplah sekedar memenuhi kebutuhan kehidupan berkeluarga, dan selesai. :) Apalagi yang mau dicari? Tumpukan gunung emas yang ketiga? ^_^
Anda tidak akan pernah tau kapan Anda mati. Betapa tepatnya pernyataan saya ini, yaitu teman saya dulu di Gamatechno, telah wafat, Mas Singgih Adinugroho. Dari Wall beliau (alm), saya dapati beberapa kata2 terakhirnya :
Kalau saya tidak salah hitung, tepat 10 hari kemudian beliau berpulang. Coba amati diri Anda sendiri. Lihat status FB Anda saat ini. Adakah disitu pernyataan Anda akan mati? Bahkan mungkin lebih pendek dari 10 hari sisa usia Anda, dari post terakhir. Dan, itulah kenyataan kematian : datangnya tak bisa diundang, pun tak bisa ditolak. Insya Allah Mas Singgih pun tak akan terpikir saat 10 hari itu, malaikat maut sudah semakin menatap lekat-lekat setiap gerak-geriknya, untuk melakukan satu-satunya tugasnya : mencabut nyawa beliau.
Izraail itu baik. Ia sering kok, mendatangi dengan baik-baik manusia yang akan dicabut nyawanya. Pun, manusia yang dicabut nyawanya tersebut tidak kaget akan kedatangannya. Bahkan telah merasakan kedekatan dengannya, jauh sebelum kematiannya. Justru kedatangan Malaikat Izraail Alaihis Salam benar-benar diharapkan, dan disambut dengan suka cita. Mungkin Anda tidak bisa membayangkan, bagaimana itu bisa terjadi. Atau, apa benar sih, ada orang yang lebih mengharapkan maut ketimbang kehidupan? Ada loh, saya nukilkan kisah-kisah sebagai pelengkap penjelasan Hadits ke-19 ini.
Kisah #1
Seorang sahabat r.a. datang kepada Nabi saw. dan bertanya, "Ya Rasulullah, saya tidak menyukai mati. Bagaimana cara mengobatinya?" Rasulullah saw. balik bertanya, "Apakah engkau memiliki harta?". "Ya," jawabnya. Nabi saw. menyahut, "Kirimkanlah harta itu lebih dahulu (ke akhirat, yakni sedekahkanlah). Karena hati manusia selalu terpaut kepada hartanya. Dengan demikian, jika hartanya dikirim lebih awal, maka ia akan berkeinginan untuk pergi ke sana. Dan apabili harta itu tertinggal di belakang, maka ia ingin selalu bersama-sama dengannya." (It-haaf). --- Indah sekali kan? betapa Nabi Muhammad Saw, tidak menepiskan kenyataan kita ini cinta kepada harta. Beliau saw. menggunakan kenyataan cinta itu, untuk persiapan kita menghadapi maut.
Kisah #2
Ikrimah r.a. berkata, "Pada malam al Bara'ah (15 Sya'ban) semua hukum (keputusan) untuk sepanjang tahun telah diputuskan dan diserahkan pada malaikat, termasuk daftar orang-orang yang akan mati dan orang yang akan pergi haji ke tanah suci. Tidak akan ada pengurangan atau penambahan sedikit pun dari yang telah ditetapkan sepanjang tahun ini" --- Sya'ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Jadi, ... semua penghuni langit sudah tahu saja, siapa yang akan mati antara 15 Sya'ban ini, sampai dengan 15 Sya'ban tahun depan. Not a big secreet tough :p
Kisah #3
Mu'tamar rah.a berkata, "Aku bersama Hakam (seorang yang kaya dan murah hati) ketika ia akan meninggal dunia. Aku pun berdoa kepada Allah agar ia dimudahkan saat kematiannya, karena ia memiliki banyak kebaikan dan sifat-sifat yang terpuji. Aku masih terus berdoa sambil menyebut sifat-sifatnya yang terpuji. Aku masih terus berdoa sambil menyebut sifat-sifatnya yang terpuji, padahal ia dalam keadaan koma. Ketika ia telah pulih dari keadaan itu, ia bertanya, "Siapakah yang telah menyebut sekian ucapan itu?" Aku menjawab, "Akulah yang menyebutnya". Hakam berkata, "Malaikat maut a.s. tadi berkata kepadaku, "Aku senantiasa berlemah lembut terhadap orang-orang yang bermurah hati." Setelah berkata demikian, maka ruhnya tercabut.
Kisah #4
Anak lelaki Imam Ahmad bin Hambal rah.a berkata, "Ketika ayahku hampir wafat, aku duduk disampingnya. Aku menyiapkan kain untuk mengikat rahangnya jika ruhnya keluar. Tiba-tiba, ayahku pingsan, aku mengira ia telah meninggal dunia. Tetapi ia sadar kembali, dan berkata, "Belum lagi, belum lagi." Berkali-kali ia jatuh pingsan. Dan setiap sadar ia akan berkata, "Belum lagi, belum lagi". Pada kali yang ketiga ia berkata demikian, maka aku bertanya, "Apa maksud ucapan ayah itu?" Ia menjawab, "Anakku, kamu tidak melihat syetan terkutuk itu berdiri di sampingku. Dengan sangat marah dan kecewa, syetan berkata sambil mengunya jarinya, "Ahmad, sekarang kamu lolos dariku. Itulah sebabnya aku menjawab, "Belum lagi" (Maksudnya, belum lepas dari tipu daya syetan, sehingga ruh keluar dengan membawa iman).
Kisah #5
Suatu ketika, Abu Hakim Khairi rah.a sedang menulis sesuatu sambil duduk. Tiba-tiba ia berhenti menulis. Ia meletakkan pena dari tangannya, lalu berkata, "Jika ini 'mati' namanya, maka demi Allah, sangat baik kematian ini". Setelah berkata demikian ia pu meninggal dunia.
Kisah #6
Pada pagi hari Senin, Imam Ghazali rah. a. - pengarang kitab Ihya Ulumiddin yang termahsyur - berwudhu dan terus melakukan sholat Shubuh. Setelah itu, ia menyuruh agar kain kafannya dibawa. Kemudian ia mencium kain kafan itu, lalu meletakkannya di atas matanya sambil berkata, "Dengan penuh suka cita aku pergi menghadap Raja Yang Maha Agung." Setelah berkata demikian, ia berbaring menghadap kiblat, lalu meninggal dunia.
Kisah #7
Abu Bakar Raqqi rah.a berkata, bahwa setelah sholat Shubuh, ia berada di sisi Abu Bakar Daqaq rah.a yang ketiak Abu Bakar Daqaq sedang berdoa, "Ya Allah, Sampai kapankah Engkau akan membiarkan aku di dunia ini?" Kemudian sebelum masuk waktu Zuhur, ia meninggal dunia.
Masih teramat banyak....
... kisah-kisah indah tentang kekasih-kekasih Allah yang melalui sakaratul maut dengan begitu mempesona dan bahagianya. Silahkan Anda cermati sendiri dari kitab tersebut jika ada kesempatan.
Semoga bermanfaat!
NB:
- Aku ingin mati, saat lisanku mengucapkan huruf D terakhir pada nama ini : "Muhammad...". Amiiin ya Allah, tolonglah lisanku untuk mudah mengucapkan namanya. Cukuplah nama itu saja sebagai penghabisan nafasku.
- Pengalaman khuruj kali ini .... sama saja seperti khuruj2 sebelumnya : Allah selesaikan banyak masalah2 saya :p --- Tanpa saya sadari!
- Kalau berkesempatan, cobalah sertai jama'ah khuruj yang mungkin sekali akan Anda temui di kota/negara manapun. Beri kesempatan mereka menyampaikan nasihat-nasihatnya. Kalau cocok, terimalah. Kalau tidak, ya tidak apa-apa. Semua hidayah berada di dalam genggaman Allah :)
- Barokalloh...
- Oya, di saat Khuruj ini, Al-Fath sudah paham dia, "Abi enggi agi - enggi agi". Hehehe
No comments:
Post a Comment