... sampai akhirnya Allah wafatkan beliau.
Saat itu saya masih tinggal di Markaz Jogja, Masjid Al-Ittihaad, Jalan Kaliurang KM 5. Saya sedang di ruang musyawarah, sekedar duduk saja. Kemudian saya lihat beliau datang, yang saat itu saya belum kenal namanya. Sesuatu yang mencengangkan saya, yang membuat ingatan saya jadi kuat sekali tentang beliau, adalah tattonya. Penuh, saya lihat di tangan sampai leher. "Wah, karkun baru ini. Mantan preman pastinya". Hehe, yaaa istilah preman dipakai untuk orang2 yang bertatto.
Beliau menyerahkan uang yang kalau saya tidak salah ingat, Rp. 500.000,00. Sebagai amanah untuk khuruj 40 hari. Bahagia sekali menyaksikan itu. Dan, kemudian selepas kembali dari khuruj 40 hari, saya melihat beliau berubah total (sesuatu yang mafhum adanya pada temen2 yang ikut bersama-sama di dalam satu jama'ah ini) : qamish, surban dan cilak. Duh, bahagianya hati ini. Sampai ada air mata yang menitik untuk Mas Yahya ini (itulah nama Hijrahnya). Saya salami dan sampaikan, "Semoga bisa istiqomah ya Mas". Beliau menjawab (saya deteksi nada kekhawatiran disitu) : "Iya, doakan saya bisa istiqomah ya".
Semenjak saat itu, setiap malam Markaz (malam juma'at umumnya), saya was-was menanti kemunculan beliau. Kalau saya tidak lihat, saya akan cemas. Namun, setelah beberapa malam berlalu, kecemasan saya pupus : saya lihat beliau datang dengan mengajak seorang kakek-kakek untuk duduk di dalam Bayan Maghrib. Alhamdulillah. Tenaaaang sekali. Sejak saat itu saya tidak cemas lagi.
Bulan berganti bulan, saya sendiri akhirnya malah sempat 1-2 bulan putus dari Markaz : rumah kontrakan yang relatif Jauh di daerah Bantul (deket Terminal Giwangan) dan perasaan tidak biasa ke Markaz dengan jarak begitu jauh, membuat saya tidak bisa istiqomah ke Markaz. Karena sifat alami usaha dakwah ini adalah kita tidak bisa lari darinya (hehe, cobalah lari ke Madagaskar, tetep saja akan ketemu Jama'ah ini), akhirnya saya tertib ke Markaz, dan bahkan tertib keluar Nishob bulanan 3 hari.
Dan, saya akhirnya sadari, saya tidak pernah melihat Mas Yahya lagi. Saya sudah pasrah saja, kalau beliau putus lagi dengan usaha dakwah ini. Sampai akhirnya saya dengar nama beliau disebut dengan awalan ALMARHUM. Hah?????
Beliau sudah meninggal, yang setelah saya tanya ke Bang Coy, sekitar selepas Gempa Padang kejadiannya. Saya belum ziarahi kuburannya, namun sebabnya adalah Kecelakaan, yang mengakibatkan beliau sakit, dan meninggal.
Saya tuliskan ini, karena saya punya perasaan rindu ingin bertemu. Duh, bayangkan perasaan saya yang cemas, dan hanya ingin bertegur sapa, malah mendapat kabar beliau wafat. Tadi di Markaz, saya terbayang-bayang di dekati beliau. Smoga itu pertanda baik.
Semoga bermanfaat!
NB:
- Beliau ini dulu bertobat dari suatu kejahatan narkoba. Indahnya membayangkan derajat orang-orang yang bertaubat, yang semoga diberikan kepada beliau oleh Ar-Rahman
- Saya tanya2, dulu beliau tertasykil (terajak) oleh usaha dakwah ini, karena datangnya jam'ah 40 hari dari Jakarta, yang didalamnya ada personel grup band Underground, Ivan.
- Tentang Ivan, saya pernah papasan di depan toilet Markaz Jogja : putih, rambut setelinga, dengan surban dan gamish putih-putih. Satu bayan yang saya masih ingat adalah ini (kurang lebih) : "Apakah bapak-bapak pernah menyelesaikan masalah dengan sholat? Silahkan sholat 1000 rakaat dalam satu hari, dan saksikan sendiri bagaimana pertolongan Allah datang". Hehehe. Insya Allah...
- Gambar ilustrasi adalah Ijtima Tongi, Bangladesh. Dari web site ini. Situs yang ini juga menarik.
2 comments:
Subhanallah...
emoga Allah kekalkan hidayah pada kita. Amin..
Kapan taklim masturot? :)
@iftisyuri masroni
eeeh, siapa ya? pak roni karanggayam ya? hehehe
kqkqkq. ini kayaknya mo gabung ke mahalah pak haji ahmad an aja kalau taklim masturoh :p
Post a Comment