Tuesday, December 02, 2008

Awal Keberanian Menjalani Hidup Mandiri

Yaitu, Allah yang memberi rezeqi. Bukan Kantor.

PHK? Puh, Hanya Kertas ^_^

 

Yang saya maksud, mindset fase khidupan yang mudah sekali dihafal bahwa setelah SD,SMP,SMA,Kuliah terus harus Ngantor dan terakhir Pensiun, harus diubah menjadi ini :

 

SD,SMP,.... bebas!!!

 

(Saya manut sama Pak Menteri Pendidikan yang rumahnya hanya selat 4-5 rumah dari saya, jadi wajib belajar 9 tahun ya! == Meski  ... sebel jg rasanya manut ^_^ )

 

Tidak ada restriksi untuk kelanjutannya.

Jangan terkesan dengan nama dari suatu instansi. Atau perwujudan fisik gedungnya.

 

Astra Honda Motor? Cuma tumpukan batu yang membutuhkan bapak2 Kuli untuk mendirikannya

Bank Mandiri? Ini lagi, kalau kena gempa skala 6 richter, ga sampai semenit aja, rubuh deh. Cuma akan menjadi tumpukan batu.

UGM? Hoho, ini sih kampus saya. Tapi tetep aja cuma tumpukan batu.

Gamatechno? Kalau ini saya berterimakasih ding, karena Gaji Gamatechno jadi awal saya punya modal menikah. ^_^ Tapi tetep aja cuma tumpukan batu.

 

Yang ingin saya sampaikan, kalau Anda saat ini bekerja di suatu Kantor, maka keluarlah, dan bekerjalah dengan penuh semangat untuk menjadi lebih besar dari Gedung Kantor Anda. Lebih besar. Dan genggamlah Gedung Kantor Anda hanya dengan tangan kirimu. Remas, dan hancurkan. Sampai tidak ada yang lain, kecuali Kebesaranmu...

image

NB :

  • Sungguh, akhir kemandirian hanya Allah yang tahu
  • Alhamdulillah

9 comments:

Unknown said...

Setuju banget. tapi klo gak di PHK gmana donk...?? 'n gmana klo memang Allah memberi rejeki kita lewat kantor tempat kita bekerja. Bukankah klo kita keluar begitu saja, itu tanda orang yang tidak bersyukur?

Eko said...

dari mana saja Allah bs memberi rejeki tho?
ini sih, masalah idealisme, atau nilai2 yg dijunjung lho.

Jadi, penilaian pribadi saya, kerja dikantor tuh, apa ya.. hm, mandeg. Padahal ga mesti jg begitu penilaian temen2 yg lain. Mungkin ada yg bs memandang kerja di kantor adalah kondisi terbaik. Ya ndak?

Simplenya sih, masa dari SD dah di atur berangkat jam 8 pulang jam 4, eeeh, mp mau mati masiiih di atur2 gitu.

Nah, agak guyon, tapi bener kan?
* bilang ga jg gpp :D

Anonymous said...

Semoga Istiqomah beramal shaleh dan saling mengingatkan antar saudara.

tetap semangat kerja dan jangan loyo..

Ni Ketut 'epi' Susrini said...

Kalau masalah diatur, semua orang idup juga pasti ditur dan mesti manut aturan ampe mati. Kerja sendiri pun, banyak aturan yang mesti dipenuhi, kalau memang mau maju.

Sekarang tinggal gmn kita memandang pekerjaan. kerja buat perusahaan, atau buat kemajuan diri? Sebaiknya pilih yg ke-2, karena itu akan berguna di mana pun kita berada. Baik di perusahaan yg menggaji kita, maupun di perusahaan kita sendiri.

Trus kalau mau usaha kita maju, jangan menghancurkan usaha orang lain. Menuturku, ada banyak pelajaran dan success story yang bisa kita ambil dari Astra, Mandiri, atau perusahhaan besar lain. Jadi maaf nih, sangat ga setuju kalau mereka dilabeli "cuma tumpukan batu"



*serieeuuss banget ya ini, macam sedang bicara di talkshow masuk tipi aja :D

Eko said...

:) Tidak secara fisik Epi sayang..
Namun, eksistensinya yang sudah tidak berarti lagi dihadapan kita.

Maksud saya, mereka secara fisik still great (offcourse they are!). But, saya tidak butuh mereka lagi. Ada/tidak adanya mereka, saya tetap tegak berdiri. Sudah hancur artinya di hadapan saya

Hm, tapi, mereka tetap tumpukan batu... ^_^
Dengan cat yang mahal deh :))

Tidak, berbeda. Mematuhi aturan orang lain, berarti kita subordinat mereka. Dan ini tidak menyenangkan (bagi saya, dan pastinya bagi kebanyakan orang). Membuat aturan sendiri, dan membuat orang lain mematuhi aturan kita, nah, ini sangat menyenangkan, karena saya superodinat mereka. ^_^

Tapi, saya tidak wajib mematuhi aturan ini : saya bs berimprovisasi di segala aspek, baik yg terang2an, atau yang dihaluskan.

Btw, mau coba improvisasi jam kerja kantor? hihi, pastinya bakal ditendang Pihak Manajemen deh :D
* pengalaman
Coba Pi, kau sebagai istri, pasti lebih senang kalau suamimu kerja di rumah. Dijamin. :D Bisa... lebih bahagia secara lahir bathin deh. Hihi

Sesungguhnya, kita pasti kerja untuk orang lain.
* Buat apa bekerja u/ diri sendiri? Itu mah makan/minum/tidur. Kt melayani mereka, dan mereka memberi kompensasi atas layanan kita.
Contoh Epi tepat, Perbedaan antara kantor Vs. kita, saya nambahin ja ya, diantaranya tidak ada pihak penghalang antara kitasbg pekerja/pelayan dan orang lain sbg yg dilayani. Coba, epi jd dosen misalnya. Ada UGM antara Epi dan Siswa. Ya tidak? Dan mereka mengikat (dan itu harus, agar sistem berjalan), Epi harus patuh.

Tidak di sistem yang kita kembangkan sendiri. Misal,saya yg merancang,mengembangkan,memperluas atau memasuki siapa/apa/dan mana saja dengan aturan2 yang saya sendiri rancang. Mudah sekali...

Disini, di eksitensi wirausaha mandiri kita, kitalah yang berkuasa..


Anda yang berkuasa

Ni Ketut 'epi' Susrini said...

hmm... mungkin krn pengalaman kerjaku dulu memungkinkan aku fleksible sama waktu. Kalau kesiangan, ke kantor setengah hari, atau mau kerja dari luar, bisa fleksible, diatur sama teman sesama tim.

dan pengalamanku kerja sendiri di rumah, membuatku sering memarahi diri sendiri krn gak disiplin sama aturan yang aku tetapkan sendiri. Aku netapin jam 9 mesti udah mulai garap kerjaan, tp kenyataannya suka molor, kerjaan pun jadi molor rampungnya.

Aku berpikir, tetap harus ada aturan. Dan aturan-aturan itu -- meski kita sendiri yang buat -- harus dipatuhi kalau mau mencapai target. improvisasi boleh, tapi tetep sesuai target, dan target dicapai dengan disiplin sesuai aturan.

*) ini masih masuk tipi ga siii...? tetep serieeeusssss.com

Anonymous said...

kalo saya justru berfaham jangan pernah berpikir untuk keluar dari kantor

pertanyannya : gmn caranya spy nggak keluar entah gara2 dipecat, resign atau pensiun ?

gampang, buat aja kantor sendiri, so dijamin pasti betah deh he he

jadi kantor sendiri jangan digenggam sampai hancur, sayang atuh :-p

Eko said...

@epi
wah, bagus bgt kalau jam kerja bs Flexi, tu aku Simpati bgt deh :D

Iya, kita kudu patuh sama aturan kita sendiri, kalau ga, ga bakal ada perbaikan yg signifikan pada kerja kita (pengalaman sendiri deh, kalau ngasal kerjanya, hasilnya jadi mood2an, dan itu enggak baik sekali). Improvisasi yg kumaksud, mungkin lebih tepat diterjemahkan sebagai Continuous Improvement. Jadi, ini sih spt hadits Nabi Muhammad SAW : "Orang yang merugi, adalah orang yg hari ini sama dengan hari kemarin. Sedangkan orang yg celaka, adalah orang yg hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Orang yg beruntung adalah orang yang lebih baik dari hari kemarin". So, sama dengan hari kemarin aja, masih kategori merugi. Jadi, improvisasi == improvement. Based on target ya, insya Allah. Ini belum pernah kuseriusi...

*) ini masih masuk tipi ga siii...? tetep serieeeusssss.com
Hihi, masuk aja deh, ke SWDEV TV (eeh, belum siaran ya?)

Eko said...

kalo saya justru berfaham jangan pernah berpikir untuk keluar dari kantor

pertanyannya : gmn caranya spy nggak keluar entah gara2 dipecat, resign atau pensiun ?

gampang, buat aja kantor sendiri, so dijamin pasti betah deh he he
* ealah, pertanyaanny menjebak. setuju2.

jadi kantor sendiri jangan digenggam sampai hancur, sayang atuh :-p
* iya deh kang :d