Awalnya, saya mau buat artikel baru sajalah, tentang Interoperabilitas aplikasi dengan Java Web Services. Tapi, setelah mikir2 lagi, saya ingat, kalau proyek Merpati yang dulu saya kerjakan (antara tahun 2000-2002) sudah dipublikasikan di Jurnal Transportasi Eastern Asia, disini. Maka, saya pikir, sebaiknya saya print saja artikel yang kami susun tersebut, dan buat artikel baru sebagai tugas kali ini.
Ide-ide yang saya paparkan pada artikel ini, sesungguhnya ide yang ingin saya tuangkan pada saat penulisan artikel untuk proyek MERPATI tersebut. Namun, sepertinya terlalu filosofis (dan islami), jadi saya pikir kurang cocok untuk suatu jurnal ilmiah. Entahlah, mungkin juga saya salah. Yaitu, sebaiknya biarkan saja ide tersebut saya paparkan dahulu.
Oke, ini artikel tersebut, semoga bermanfaat... :)
NB:
- Itu untuk hari Senin, hari selasanya sesi test dilanjutkan dengan test kompetensi (menjawab soal2 IT dan juga pemrograman --2 program, algoritma dan aplikasi phonebook dengan data file teks).
- Hari Rabu ini yang terakhir, yaitu microteaching dengan topik perulangan dan diakhiri dengan wawancara dengan Pimpinan (Rektor ya?)
- Bismillah...
Analisis, Desain dan Implementasi Hierarchical Framework Architecture dalam Pengembangan Policy Decision Tool untuk Perusahaan Penerbangan Domestik di Indonesia
Eko Suprapto Wibowo, S.Komp.
swdev.bali@gmail.com (www.swdevsoftwareconsulting.com)
Abstrak
Pada tahun 2002 telah terjadi riset bersama di bawah bendera Riset Unggulan Kemitraan (RUK) Menristek yang mengkaitkan antara Pusat Pariwisata UGM sebagai institusi pendidikan dan Merpati Airlines sebagai entitas bisnis untuk mengembangkan sebuah alat bantu pengambil keputusan dalam melakukan estimasi biaya berdasarkan tipe pesawat, segmen pasar dan usia pesawat. Akhirnya produk riset yang diberi nama ModEling aiRlines network to imProve globAl compeTItivenes (MERPATI) berhasil diselesaikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0, Visual C++ 6.0 dan basis data Microsoft Access.
Pada penelitian tersebut telah dikembangkan suatu kerangka kerja pengembangan aplikasi yang memiliki ciri khas, yang diberi nama Hierarchical Framework Architecture (HFA). Penemuan utama framework ini diawali dengan pengamatan terhadap sifat-sifat ciptaan Allah SWT yang ternyata memiliki atribut hirarki yang unik, dimana tidak ada sesuatu pun yang mutlak berada di urutan paling bawah atau paling atas, semuanya berada di bawah sesuatu yang lain atau di atas sesuatu yang lain. Jika sesuatu berada di urutan paling bawah atau paling atas, maka sesuatu itu bukanlah makhluk, melainkah Allah SWT itu sendiri.
Kata kunci : policy decision tool, air transport, indonesia, cost model, framework
1. Pendahuluan
Berdasarkan World Tourism Organization (WTO), terjadi peningkatan sebesar 4% setiap tahun pada bisnis turisme dunia. WTO mengestimasi pada tahun 1991 jumlah turis akan berada pada angka 450 juta, dengan Asia Timur dan Pasifik menikmati tingkat perkembangan tertinggi sebesar 8,9%.
Kapasitas perusahaan penerbangan baik yang menuju atau dalam kawasan Indonesia, jelas merupakan faktor penentu penyerapan pangsa pasar turisme. Berbagai kebijakan diterapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang bermuara pada keinginan untuk memaksimalkan daya penyerapan turis dan meminimalkan biaya pada tiap-tiap rute penerbangan. Hanya saja, sistem perencanaan pada banyak perusahaan penerbangan di Indonesia, termasuk pada Merpati Indonesia, masih menggunakan perhitungan manual yang dilakukan pada masing-masing divisi. Strategi harian taktik haruslah dilakukan di dalam perusahaan secara terpusat. Pemahaman terhadap struktur biaya yang terjadi dan prosedur penurunan biaya akan sangat efektif kalau dijadikan basis pengembangan alat bantu Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) berbasis komputer. (Parikesit, Marpaung, Wibowo, & Andi, 2003)
SPK dapat hadir dalam berbagai bentuk, dari mulai bentuk sederhana berupa pengolahan data menggunakan spreadsheet hingga bentuk aplikasi yang kompleks dan terintegrasi. Penggunaan SPK tidak terbatas pada tingkat manajerial, tetapi dapat meluas mulai dari tingkat strategis hingga operasional, tergantung dari ruang lingkup dan jenis informasi yang diolah. Pada tingkat manajerial, Merpati Airlines dapat memanfaatkan SPK yang dibangun untuk membantu strategi apa yang harus diambil untuk mencapai pangsa pasar tertentu, berdasarkan tipe pasar pada jalur tersebut dan melakukan simulasi pada berbagai faktor layanan penerbangan. (Falahah & Rijayana, 2008)
Salah satu karakteristik keputusan yang dapat didukung oleh SPK antara lain yaitu keputusan tersebut bersifat terstruktur atau semi terstruktur. Terstruktur dalam artian untuk memperoleh satu keputusan, terdapat serangkaian prosedur yang harus diikuti dan kriteria untuk masing-masing prosedur ini sudah jelas dan kuantitatif. Semi terstruktur artinya, meskipun sebagian kritera bersifat jelas dan kuantitatif, kadang-kadang pihak pembuat keputusan berhak memasukkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bersifat subyektif, tetapi tetap berdasarkan alasan yang diturunkan dari data kuantitatif. Dalam proses pengambilan kebijakan optimasi penerbangan misalnya, proses pemilihan strategi penerbangan meskipun berdasarkan data kuantitatif, ada kemungkinan keputusan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan lain, selain data kuantitatif.
Ciri utama SPK yang menggunakan basis data RDBMS sebagai penyedia data kuantitatif yang dibutuhkan, adalah kompleks dalam proses pemasukan data. Terlebih jika data yang dikembangkan meliputi banyak data yang bersifat hirarkis, atau master-detail. Pendekatan paling umum bagi aplikasi jenis ini, adalah pengembangan banyak form anak yang dapat diaktifasi melalui form ayahnya. Namun, pada akhirnya layar komputer akan dipenuhi oleh banyak form yang tidak mudah untuk dinavigasi oleh pemakai.
Berbagai jenis model interaksi dikembangkan untuk kebutuhan ini, baik Single Document Interface (SDI) dan Multiple Document Interface (MDI). Baik pada SDI maupun MDI tidak ada pendekatan yang dinilai terbaik dalam penyajian data yang bersifat hirarkis. Hasil yang diharapkan pada proyek ini adalah adanya cara pandang manunggal bagi entitas data, yang alami dan mudah dipergunakan, baik bagi tingkat operator yang memasukkan data ataupun bagi tingkat manajerial yang membutuhkan cara pandang singkat terhadap data tersebut.
2. Landasan Teori
Jenis basis data yang paling dominan dipergunakan adalah database relasional. Pada jenis basis data ini, data dipecah-pecah ke dalam tabel-tabel dimana tiap tabel memiliki primary key sebagai identitas tiap baris data dan yang akan dijadikan acuan bagai tabel lain sebagai foreign key. Terhadap hubungan 1-1, 1-many dan many-to-many yang menyebabkan banyak jenis permasalahan dapat dimodelkan oleh basis data relasional. Basis data relasional merupakan basis data yang paling dikenal dunia IT karena dukungan yang luas dari banyak vendor IT, sebut saja Oracle, MySQL, Interbase dan Microsoft.
Memikirkan dari awal permasalahan penyimpanan basis data, maka fokus akan tertuju kepada esensi dari data itu sendiri. Data merupakan kumpulan dari fakta yang dikumpulkan sebagai hasil dari pengalaman, observasi atau eksperimen. Pengamatan paling sederhana pada dunia nyata, pesawat terbang misalnya, mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Pesawat terbang merupakan entitas yang tidak dapat berdiri sendiri. Ia terdiri dari berbagai komponen-komponen yang menjadi elemen pembangunnya.
b. Akan selalu ada entitas lain di atasnya, dan di bawahnya. Di bawah pesawat pada Gambar 2.1, dapat terlihat jelas adanya runway dan di atasnya, terlihat langit.
c. Keterbatasan penglihatan manusia, akan membuat kesimpulan yang terjadi adalah di atas pesawat terbang ada batas yang terlihat, yaitu langit. Karena sesungguhnya, berdasarkan berbagai pengamatan ilmiah, di balik langit (atau apapun) masih ada wilayah ide yang tidak bisa digapai dengan akal, yaitu pencipta, Allah SWT.
Gambar 2. 1 Salah satu armada Merpati Airlines
Tiga hasil pengamatan tersebut, memiliki beberapa kesamaan dengan basis data hirarki, yang memiliki definisi sebagai berikut: ”A database organization method that is structured in a hierarchy. All access to data starts at the top of the hierarchy and moves downward; for example, from customer to orders, vendor to purchases, etc. Contrast with relational database and network database.” (Magazine).
Database hirarki merupakan database lawas, yang dikembangkan sebelum basis data relasional, dan merupakan salah satu model data yang pertama kali diterima dan dipergunakan dengan luas. Pada database hirarki, rekord terdiri dari hubungan parent/child, mirip dengan struktur tree. Sebagai contoh, pada data pesawat, maka dapat ditemukan adanya data biaya pesawat tersebut. Database hirarki cepat dan sederhana, namun struktur hirarki/tree ini tidak fleksibel, karena hubungannya dibatasi pada hubungan one-to-many, hanya mengijinkan satu parent untuk anak. Sebagai contoh produk database hirarki adalah IMS dari IBM.
Meskipun secara internal data sudah diimplementasikan dengan bentuk relasional, namun penyajian data masih dapat disajikan secara tree/hirarki. Ide awal dari pengembangan penyajian data secara hirarkis ini adalah pengamatan pada gaya tampilan Windows Explorer, seperti tampak pada Gambar 2.2
Gambar 2. 2 Gaya tampilan Windows Explorer
Windows Explorer merupakan evolusi paling signifikan pada sistem operasi Microsoft Windows. Dimulai dari Windows 95, maka gaya tampilan tree seperti pada Windows Explorer terus menjadi pendekatan utama Microsoft untuk mempermudah pemakai dalam menjelajahi sistem komputer yang kompleks. Pada gaya ini, pemakai akan dipermudah untuk hanya berpikir satu parent dalam satu saat, dimana di bawah parent tersebut, dapat ditemukan kumpulan child. Pemakai melakukan navigasi dari induk utama, yaitu Desktop sampai navigasi berakhir ke folder atau file yang diinginkannya.
3. Metodologi
Metodologi yang dipergunakan dalam penyusunan proyek ini meliputi tiga bagian pokok, yaitu:
a. Metode pengumpulan data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan, maka diadakan survei langsung, kemudian dilakukan identifikasi masalah dan kebutuhan informasi. Survey dilakukan di beberapa airport di Indonesia diantaranya Denpasar, Cengkareng, Halim Perdana Kusuma dan Ujung Pandang.
b. Metode analisis
Terhadap data market yang dikumpulkan pada masing-masing airport, dilakukan analisis biaya.
c. Metode perancangan
Perancangan aplikasi menggunakan metodologi Evolutionary Prototyping Approach yang akan mengijinkan aplikasi dikembangkan dalam langkah kecil dan terfokus, namun menuju kepada integralitas keseluruhan akhir aplikasi.
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada masalah-masalah tree, maka pada pengembangan framework aplikasi ini, yang diberi nama Hierarchical Framework Architecture, dikenali dua sifat node atau elemen pada struktur hirarki, yaitu:
a. Container Node
Merupakan node yang di dalamnya berisi node lainnya, dan tidak memiliki form entry.
b. Data Node
Merupakan node yang memiliki sifat seperti container node, yaitu dapat memiliki node di bawahnya, namun ia memiliki form entry sendiri, karena data node dihasilkan dari masukan data oleh operator.
Gambar 4.1 menunjukkan perbedaan dua node tersebut.
Gambar 4. 1 Perbedaan Container Node dan Data Node
Boeing 737 yang di-highlight pada sisi sebelah kiri merupakan data node, yang di bawahya tidak terdapat node lain. Node Boeing 737 diolah dan dilakukan proses manipulasi lainnya oleh form entry yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
Gambar 4. 2 Form entri untuk Node Boeing-737
Sedangkan Node 2000 yang di-highlight pada sisi sebelah kanan merupakan container node, yang di bawahnya terdapat node lain. Node 2000 ini dapat dipandang sebagai kategorisasi data di bawahnya, yaitu data pesawat Boeing 737 pada airport tertentu dan pada sektor penerbangan tertentu.
Untuk memberikan pandangan menyeluruh pada data, HFA mendukung penggunaan penyajian data Explorer like yang ditujukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4. 3 Tampilan integral Hierarchical Framework Architecture
Tidak hanya itu, untuk mendukung Rapid Application Development (RAD), HFA membagi komponen-komponen pendukungnya menjadi dua kontrol Active-X utama, yaitu:
a. EExplorerView
Merupakan penyajian data keseluruhan dengan menggunakan tampilan explorer like.
b. EExplorerEntry
Merupakan otomasi pengembangan form input data untuk data node.
5. Kesimpulan
Meskipun fleksibilitas rancangan HFA masih harus diuji untuk berbagai kasus, namun pada pengembangan software MERPATI ini, HFA telah dapat sempurna menunjukkan keberhasilan baik penyimpanan data secara internal dengan basis data relasional, maupun penyajian data secara hirarki menggunakan tampilan explorer like. Dua kontrol Active-X yang dikembangkan untuk mendukung teori HFA telah dapat memenuhi harapan proyek ini, agar dapat dipergunakan dengan mudah baik oleh operator maupun oleh manajer. Namun , untuk mendukung interoperabilitas yang lebih baik, maka landasan platform HFA yang menggunakan Active-X dapat digantikan dengan teknologi yang lebih cross-platform, yaitu Java. Usaha pengembangan selanjutnya sebaiknya diarahkan untuk mengeksplorasi penggunaan Java atau teknologi cross-platform lainnya untuk meningkatkan interoperabilitas HFA dengan berbagai arsitektur sistem yang sudah ada.
Referensi
Falahah, & Rijayana, I. (2008). Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Membantu Proses Seleksi Calon Kepala Sekolah. Makalah-Makalah Sistem Informasi KNSI , 167-172.
Magazine, P. (n.d.). Hierarchical Database Definition. Retrieved March 16, 2009, from PCMAG.COM: http://www.pcmag.com/encyclopedia_term/0,2542,t=hierarchical+database&i=44239,00.asp
Parikesit, D., Marpaung, F., Wibowo, E. S., & Andi, S. (2003). DEVELOPING A POLICY DECISION TOOL FOR A DOMESTIC AIRLINE. 5 (October).
No comments:
Post a Comment