Di awal saya mengenal Islam, dan jatuh cinta kepada Muhammad, maka saya tak bisa lagi meminta apa-apa kecuali meminta bermimpi bertemu dengan Muhammad. Dengan penuh penderitaan air mata meminta tersebut turun, berderai-derai. Tak mengenal siang-malam, sedang sibuk ataupun kosong. Sesaknya dada, serta gontainya langkah tak bisa ditutup-tutupi kala itu. Sekitar sebulan kondisi tersebut menetap. Namun, suatu malam, air mata tak bisa menetes lagi : meski saya paksa, tak bisa menetes lagi. Saya kira itu adalah penolakan terhadap doa, namun justru sebaliknya. Akhirnya setelah terjawab, secara bertahap, selama bertahun-tahun, maka permintaan hati bertambah : meminta benar-benar bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Padahal, apakah hakikat permintaan ini? Meninggalkan dunia ini melalui satu-satunya jalan : kematian.
Tentunya ujian, namun terasa sangat ... kontradiktif. Di satu sisi, saya memiliki semangat dan antusiasme untuk mencapai kemakmuran hidup, yang tentu hanya bisa dicapai dengan bekerja sebagai Wirausahawan (Opsi PNS atau pegawai, saya nihilkan y). Namun, di satu sisi saya mengharap2kan kematian yang akan mengantarkan saya, untuk berjumpa dengan Kekasih saya, Muhammad.
Sungguh-sungguh aneh kondisi psikologi hati saya : di saat saya bermimpi akan suatu tahap kemakmuran hidup, dan bersemangat untuk mengatur, merencanakan dan menggapainya, maka saya terasa seperti orang yang ambisius dan gila pada harta. Namun, jika gejolak batin yang terdalam untuk meminta bertemu Muhammad tak tertahankan, dan meluap ke permukaan, maka di posisi dan situasi manapun air mata akan menetes tak tertahankan. Terisak-isak penuh penderitaan. Jika itu terjadi, maka akan ada masa-masa kehampaan selama beberapa saat. Di kala itu terjadi, ... semua semangat hidup musnah, tak berbekas.
Anda mungkin bertanya : mana yang lebih saya sukai? Di saat semangat dan gairah hidup muncul, atau di saat suara isakan hati mengingat Muhammad terdengar? Ini jawaban saya : ... tidak tahu. Karena, saya membutuhkan semangat hidup untuk bekerja. Namun, apapun yang ada di atas dunia ini tidak bisa disamakan dengan Kebahagiaan Bertemu Sang Kekasih yang Sejati : Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, saya berkesimpulan ini : saya serahkan pengaturan dua kondisi hati saya ini kepada Ar-Rahman (Most Merciful, Yang Maha Pengasih).
Semoga bermanfaat!
Eko SW
No comments:
Post a Comment