Bismillah...
Memikirkan apakah kita berada pada jalur yang tepat, ... saya pikir gampang2 susah. Bagaimana kita tahu, kita berada pada jalur yang tepat? Yang akan mengantarkan kita ke orang yang kita cintai?
Saya berpikir tentang perbedaan Ummat. Yaitu, kenapa Islam tidak bisa adalah Islam yang satu? Bergolong-golongan. Ada sih, hadits ttg 73 golongan, 72 masuk neraka, hanya 1 yang selamat. Huhuhuhu, sedih banget.
Kalau nih, Anda yakin, Anda adalah golongan yang selamat itu... maka Anda harus menangis, meratap dan tersiksa dalam menjalani hidup di dunia ini. Kenapa? Lha wong, bagaimanapun golongan selain Anda beramal...akan masuk neraka kan, kalau tidak menjadi golongan Anda? Ga boleh banget merasa puas berada di golongan yang satu itu, tanpa secara aktif, kontinyu dan merendahkan diri, berusaha mengajak manusia menjadi golongan Anda. Susah lho hidup menjadi golongan yang selamat itu...
Lalu bagaimana menyikapinya?
Hm... nah kan? Saya rada kehabisan kata2.
Mungkin ada beberapa point yang saya tekankan :
Saya menulis ini, setelah serangkaian komentar dengan Mas Frontal (iya lho, itu namanya), tentang perbedaan antara Jama'ah Tabligh dan Salafy. Rada rumit saya mikir win-win solution-nya. Solusi dimana semua orang bahagia. Dan, inilah jawaban saya tentang perbedaan ummat. :)
Semoga bermanfaat!
NB:
Memikirkan apakah kita berada pada jalur yang tepat, ... saya pikir gampang2 susah. Bagaimana kita tahu, kita berada pada jalur yang tepat? Yang akan mengantarkan kita ke orang yang kita cintai?
Saya berpikir tentang perbedaan Ummat. Yaitu, kenapa Islam tidak bisa adalah Islam yang satu? Bergolong-golongan. Ada sih, hadits ttg 73 golongan, 72 masuk neraka, hanya 1 yang selamat. Huhuhuhu, sedih banget.
Kalau nih, Anda yakin, Anda adalah golongan yang selamat itu... maka Anda harus menangis, meratap dan tersiksa dalam menjalani hidup di dunia ini. Kenapa? Lha wong, bagaimanapun golongan selain Anda beramal...akan masuk neraka kan, kalau tidak menjadi golongan Anda? Ga boleh banget merasa puas berada di golongan yang satu itu, tanpa secara aktif, kontinyu dan merendahkan diri, berusaha mengajak manusia menjadi golongan Anda. Susah lho hidup menjadi golongan yang selamat itu...
Lalu bagaimana menyikapinya?
Hm... nah kan? Saya rada kehabisan kata2.
Mungkin ada beberapa point yang saya tekankan :
- Jangan pernah merasa Anda adalah golongan yang selamat itu. Dengan cara ini, Anda akan lebih bisa merendahkan diri, dan tidak terjebak kepada sifat2 .. yang ga baik deh.
- Mintakan kepada Allah, agar semua golongan diberikan ampunan, dan tidak merasakan Neraka. Mungkin ada yg mikir : "melawan hadits dunk?". :D Gapapa. Smoga Rasulullah malah cinta kepada orang yang mendoakan seperti ini. Amiiin
- Dakwah. Ajak kepada Islam. Tuntun yang ga sholat, spy sholat di Masjid. Yang sudah sholat di rumah, supaya sholat di masjid. Yang sudah sholat di masjid, supaya mengajak orang-orang lain sholat ke masjid. Rumit banget lho itu. Kalau sendirian melakukan itu, ga kuat deh. Berjama'ah dalam mengajaknya.
- Terakhir, tunggu kedatangan Al-Mahdi.
- Siapa yang akan dibai'at di Mekkah, setelah keluar dari Madinah ???
- Tentara negara mana yang akan ditenggelamkan Allah di Mekkah ???
- Siapa yang akan selamat sampai bertemu dengan Nabi Isa, setelah menghadapi masa-masa sulit, masa-masa Dajjal ???
Saya menulis ini, setelah serangkaian komentar dengan Mas Frontal (iya lho, itu namanya), tentang perbedaan antara Jama'ah Tabligh dan Salafy. Rada rumit saya mikir win-win solution-nya. Solusi dimana semua orang bahagia. Dan, inilah jawaban saya tentang perbedaan ummat. :)
Semoga bermanfaat!
NB:
- Yang saya maksud dengan Al-Mahdi adalah Muhammad pada judul artikel ini, adalah tentang penderitaan, dan jawaban terhadap penderitaan tersebut. Selalu ada gejolak saya sangat2 menderita begitu mengingat nama ini : Muhammad. Sangat mencintai, namun tak pernah bisa berdekatan. Mati juga belum saatnya. Solusi? Smoga saya bisa berada di Mekkah pada saat pembaiatan Al-Mahdi.... Hehehe
- Sering nangis kalau terbayang2 sperti itu.
- Cinta yang mungkin terlalu dalam untuk saya lukiskan : nafas saya bisa tersengal-sengal kalau gejolak tersebut muncul
No comments:
Post a Comment