Friday, August 14, 2009

Tujuan Hidup : Muhammad -- (Secercah Jawaban)

Muhammad...

Muhammad, jawaban dari semua kerumitan hidup (khusunya bagi banyak kebingungan saya dalam berpikir mendalam tentang hakikat kehidupan).

Tepatnya mungkin bukan jawaban, tapi guidelines. Bagaimanapun juga, kehidupan menyimpan begitu banyak misteri yang tak bisa dijawab. Apa2 yang disampaikan Muhammad, benar2 membuat pikiran terhenti di titik Pasrah pada Pencipta.

Dengan menerima kenyataan bahwa masa hidup beliau ada di masa 1400 tahun yang lalu : dengan norma, kompleksitas, tantangan dan aspek2 sosial yang jelas berbeda dengan masa kini, maka kehidupan Muhammad, adalah kehidupan terbaik.

... apakah saya sebaiknya menambahkan kata2 : terbaik di masa itu? Namun tidak di masa sekarang? Maka, saya tidak mampu menjawabnya :)

Ingin sekali saya menjawab : YA! Terbaik dan kehidupan kita harus 100% sama dengan kehidupan beliau. Tidak lebih tidak kurang.

Tapi, saya renungi lagi, tidak. Tidak mesti begitu.
Saya ingat nasehat Sayyidina Ali (menantu beliau, Khalifah Islam keempat -- yang mati dibunuh
kaum muslimin juga, Kaum Khawarij), yang berkata (kurang lebih) : "Janganlah kau samakan anakmu dengan dirimu. Sesungguhnya ia diciptakan pada masa yang berbeda dengan masamu".

Nasehat tersebut bisa menjadi landasan berpikir, apa-apa yang telah berlalu dalam kehidupan Muhammad, tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan pada masa ini. Kalau pun ingin menerapkan suatu aspek tertentu, dan kondisi masyarakat belum siap, maka jangan terapkan hal tersebut. Alih-alih, suatu rencana perubahan masyarakat harus dilakukan terlebih dahulu. Dengan lembut, dan mendekati sampai ke hati. Baru setelah itu disiapkan apa yang ingin diterapkan itu.

Sekali lagi, ingin sekali, amat sangat ingin, semua aspek Muhammad dan norma-norma sosial beliau pada masa itu, berlaku kembali pada masa ini. Namun, ... apakah menerapkan keseluruhan norma-norma tersebut, dengan memangkas habis milyaran makhluk yang ada pada masa ini, demi semata-mata agar norma-norma tersebut dapat hidup, adalah jawabannya? Tentu tidak.

Ingat, sangat populer di masa mengemukanya fenomena terorisme atas nama Jihad, bahwa salah satu Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa alihi wa salam adalah (maknanya), "membunuh satu manusia yang tidak haknya, adalah seperti membunuh manusia seluruhnya".

Satu manusia, ... yang dibunuh dengan tidak pada tempatnya, ... adalah seperti membunuh manusia seluruhnya. Ya Tuhan, lalu bagaimana ... jika dalam aksi2 yang mengebomb dalam semangat Jihad melawan Amerika dan Taghut (apa2 yg tidak berpihak kepada Allah), ada ... 3 manusia yang .. cuma kebetulan lewat. BUMB!!! Dan hanya bagian kepala Sang Anak yang kembali ke hadapan
Ibunya????

Mudahkah, atau, Mungkinkah Sang Ibu memberi ampunan kepada Amrozi? kepada Imam Samdra? dsb?

Akankah ampunan itu turun???

Saya berprasangka terbaik, bahwa Sang Ibu akan berkata : "Ya Allah, aku serahkan urusannya kepadaMu!"

Dan saya ingat hadits, yang disampaikan saat ada seorang Anak Kecil berlari-lari ke ibunya, dan Sang Ibu segera mengangkat Sang Anak, terus mendekap dan menyusuinya, maka Nabi Muhammad SAW, segera bersabda kepada Sahabat2nya : "Apakah menurutmu Ibu itu sanggup membuang anaknya ke dalam kobaran Api?". Tidak ya Rasulullah. "Maka ketahuilah, bahwa cinta Allah kepada anak itu, 70 kali besarnya cinta ibu itu kepada Anaknya".

(berlanjut)

NB:
  • Meski, kalau mengingat hadits tersebut, saya berpikir, "Lah, lalu ancaman Neraka bagaimana? Bahwa orang berdosa tertentu, harus disiksa di dalam Api Neraka terlebih dahulu? Ibu mana yang bisa melakukan itu?"

No comments: