Satu kata kunci dalam memahami Islam di awal-awal masuk Islam, adalah ini : “Jangan terlalu mengharapkan kesempurnaan”. Karena, Anda tidak akan menemukan Islam yang satu, semuanya cinta-mencintai atau paling tidak semuanya saling menghargai. Tidak itu yang akan Anda temukan. Malah, perpecahan yang bisa terasa sangat2 menyakitkan. Itu kenyataannya.
Dari semua topik yang bisa menjadi ajang perdebatan dan perselisihan, yang paling sering, tapi ironis, adalah tentang Sholat itu sendiri. Ironi kan? Nyata2 itu aspek yang paling utama dalam kehidupan, tapi kok ya bueedaaa banget yang dipahami. Juga cara mensikapinya. Jangan heran, kalau di suatu masjid, Anda mungkin akan dipandang tidak suka setelah menegakkan satu sholat : karena gerakan-gerakan Anda mencirikan Anda ke suatu Jama’ah. Atau at least, terlihat … bodoh (hehe, kata2 yg primitif banget untuk dipergunakan ya).
Saya mau paparkan tentang perbedaan kita dalam menggerakkan tangan saat Sholat. Lihat referensi web ini. Ada yg tau beda2nya? Wuuuuih, banyak deh, diantaranya ini :
- Ada yg mengangkat tangan saat takbir pertama setinggi telinga, ada yg cuma sebatas bahu. Malah jangan2 ada yg sedikiiit banget ngangkatnya. atau malah ga ngangkat sama sekali?
- Setelah itu, ada yg meletakkan tangan di atas dada (jadi terkesan wagu, karena terlihat kok ga alami banget). Ada yg (umumnya kita), sedikit di atas pusar. Nah yang jarang2, kita lihat seperti tidak mengangkat tangan : tangan nyaris seperti mau jatuh, jadi, sekitar di atas selangkangan. Atau, saya malah benar2 pernah liat ga ngangkat tangan. Jadi, tangan dibiarkan jatuh di sisi badan. Aneh kan? :)
- Waktu mau rukuk, ada yg mengangkat tangan untuk takbir, ada yang enggak.
- Waktu mau bangkit dari rukuk juga sama. Ada yang dengan takbir mengangkat tangan, ada yang enggak.
Nah itu saja, mari saya ajak Anda untuk melihat bukan dari aspek2 hadits yang melandasinya, namun dari … hakikat hati yang sedang menggerakkan tangan itu.
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment